TRIADE
BESI (BESI, KOBALT, NIKEL)
Kelompok
:
13 (tiga belas)
Nama :
1.
Atiya Kamila (1313023009)
2.
Nisa Ul Fitri (1313023059)
Program
Studi / Kelas : Pendidikan Kimia / A
Mata
Kuliah : Kimia Anorganik II
Dosen :
1.
Dra. Nina Kadaritna,
M.Si.
2.
M. Mafudz Fauzi S,
S.Pd, M.Sc.
PENDIDIKAN
KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam sistem periodik
Mendeleev, sembilan unsur, Fe-Ru-Os, Co-Rh-Ir, dan Ni-Pd-Pt, terletak pada
golongan VIII. Tiga logam kelompok pertama, kedua, dan ketiga masing-masing
terletak dalam golongan 8,9, dan 10 menurut sistem penomoran IUPAC.
Kesembilan unsur ini sering dibicarakan menurut lajur horizontal oleh karena
kemiripan sifatnya, khususnya untuk Fe-Co-Ni. Keenam unsur yang lain dikenal
sebagai kelompok logam-logam platina, yang terbagi dalam dua set triad
horizontal. Namun seiring dengan kemajuan penemuan senyawa-senyawa dari
kesembilan unsur ini, pembahasan berdasarkan lajur golongan lebih tepat
dibandingkan dengan dengan pembahasan berdasarkan lajur horizontal.
Berbeda dengan golongan
unsur-unsur yang lain, golongan VIII B dalam sistem periodik terdiri atas unsur
yang terbagi atas 3 sub golongan secara vertikal yang disebut triad transisi.
Dalam sistem periodik modern, ketiga triad transisi ini diberi masing-masing
penggolongan baru yaitu nomor 8, 9, dan 10. Namun kecenderungan sifat terutama
sifat kimia mereka secara horizontal lebih banyak memiliki kemiripan dibanding
sifatnya secara vertikal. Sehingga sering dikelompokan kembali dalam 3 kelompok
mendatar yang masing-masing beranggotakan 3 unsur. Kelompok pertama pada periode keempat disebut triade
besi (Fe, Co, Ni), triade platina ringan (Ru,
Rh, Pd) dan triade platina (Os, Ir,Pt).Pada
makalah ini akan dibahas mengenai golongan triade besi, yaitu besi (Fe), kobalt
(Co), dan nikel (Ni). Logam besi terletak pada golongan 8, kobalt golongan 9,
dan nikel golongan 10.
Besi mempunyai
kelimpahan terbesar ke empat di kulit bumi,setelah O,Si dan Al. Besi menyusun
62.000 atau 6,2% dari berat kulit bumi. Dunia memproduksi biji besi 970 miliyar
ton di tahun 1988. Sumber terbesar adalah USSR 26%, China 17%, Brazil 15%,
Australia 10%, USA 6%, India 5% dan Kanada 4%. Ini menghasilkan 538 miliyar ton
besi cor ditahun 1988.Kobalt merupakan logam yang
jarang ditemukan, diperkirakan meliputi 20 ppm dalam kerak bumi. Sedangkan nikel menduduki urutan ke-24
dalam jumlah kandungannya di kerak bumi. Ketiga
unsur logam ini dikelompokkan secara horizontal dalam golongan triade besi
dikarenakan kemiripan sifatnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai ketiga unsur ini, berkaitan dengan sumber
dan kelimpahannya, sifat fisika dan
kimia, cara isolasi, reaksi-reaksi dan
senyawaan, serta kegunaan unsur-unsur logam transisi golongan triade besi (Fe, Co, Ni) atau golongan 8, 9, dan 10.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui sumber dan
kelimpahan unsur Fe, Co, dan Ni.
2.
Mengetahui sifat fisika dan
kimia unsur Fe, Co, dan Ni.
3.
Mengetahui cara pembuatan
atau isolasi unsur Fe, Co, dan Ni.
4.
Mengetahui reaksi dan
senyawaan pada unsur Fe, Co, dan Ni.
5.
Mengetahui kegunaan dari
unsur Fe, Co, dan Ni.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber dan Kelimpahan
Logam-logam
triade besi terdiri atas besi (Fe), kobalt (Co), dan Nikel (Ni).
2.1.1 Besi (Fe)

Besi
merupakan salah satu unsur kimia yang merupakan logam transisi dan terletak
pada golongan VIIIB. Dalam tabel periodik unsur, besi dilambangkan dengan Fe,
memiliki nomor atom 26, dan massa atom relatif 55,847 sma. Besi telah dikenal
sejak ~4000 BC dan sangat banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan
industri. Besi merupakan unsur terbanyak keempat setelah oksigen, silikon dan
aluminium. Besi ditemukan tesebar luas di seluruh kerak bumi dengan jumlah
sekitar 4,7%, atau kelimpahannya dalam batuan kerak bumi adalah ~62000 ppm. Di
alam, besi terdapat dalam bentuk senyawa-senyawa antara lain sebagai hematit
(Fe2O3), magnetit (Fe2O4), pirit
(FeS2), dan siderit (FeCO3).
Logam
besi terdapat dalam tiga bentuk, yaitu α-iron (alpha-iron), ɣ-iron
(gamma-iron), dan δ-iron (delta-iron). Perbedaan dari tiap bentuk besi tersebut
adalah dari susunan atom-atom pada kisi kristalnya. Secara kimia, besi
merupakan logam yang cukup aktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan
unsur-unsur lain, seperti unsur-unsur halogen (fluorin, klorin, bromin, iodin,
dan astatin), belerang, fosfor, karbon, oksigen, dan silikon.
2.1.2 Kobalt (Co)

Kobalt
merupakan salah satu unsur kimia yang terdapat dalam tabel periodik unsur
dengan lambang Co. Kobalt memiliki nomor atom 27 dan massa atom relatif 58,9332
sma. Sumber warna biru pada kobalt dikenali pertama kali oleh Georg Brandt
(ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang
diberi nama cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O Bergman menunjukkan bahwa cobalt
rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kobold
(bahasa Jerman) yang artinya globin atau roh hantu.
Kobalt
merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakan meliputi 20 ppm dalam kerak
bumi. Kobalt ditemukan dalam cadangan yang mengumpul sehingga produksi
tahunannya mencapai jutaan pon. Di alam, kobalt terdapat pada lapisan-lapisan
batuan sebagai smaltit (CoAs2), kobalt sulfarsenid (CoAsS), kobaltit
dan erithrit.
2.1.3 Nikel (Ni)

Nikel
merupakan salah satu logam transisi. Dalam tabel periodik unsur terletak pada
golongan VIIIB dengan lambang Ni. Nikel memiliki nomor atom 28 dan massa atom
relatif 58,6934 sma. Nikel ditemukan oleh William Wollaston pada tahun 1804.
Logam paduan nikel telah dikenal di Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu, dan
penambang-penambang Saxon telah terbiasa dengan bijih NiAs yang berwarna
kemerahan, yang secara sekilas mirip dengan Cu2O. Para penambang
tersebut tidak mampu mengekstrak “tembaga” dari bijihnya dan memberi nama
kupfernikel, artinya tembaganya pak tua Nick. Pada tahun 1751, A.F. Constedt
mengisolasi logam tak murni dari bijih yang berasal dari Swedia, dan
mengidentifikasinya dengan komponen logam kupfernikel sebagai logam baru dengan
nama nikel. Akhirnya pada tahun 1804, J.B Richter berhasil mengisolasi logam
nikel dengan hasil yang lebih murni dan mengidentifikasi sifat-sifatnya.
Nikel
menduduki urutan ke-24 dalam jumlah kandungannya di kerak bumi. Bijih-bijih
nikel yang utama ialah sulfida, oksida, dan arsenida. Cadangan nikel yang besar
ditemukan di Kanada. Di alam, nikel terdapat dalam bentuk senyawa, misalnya
pentlandite (FeS.NiS), nickeliferous pyrrhotite dan lain-lain. Bijih nikel yang
penting dalam perdagangan ada dua tipe yaitu (1) laterit, yang merupakan bijih
oksida-silikat seperti garnerit (Ni,Mg)6Si4O10(OH)8
dan nikeliferos limonit (Fe,Ni)O(OH).nH2O, dan (2) sulfida seperti
pentladit (Ni,Fe)9S8 yang tercampuri tembaga dan kobalt
hingga bijih mengandung ~1,5% Ni.
2.2
Sifat
Fisika dan Sifat Kimia
2.2.1
Sifat Fisika
Untuk data sifat-sifat fisik logam-logam golongan tride besi (Fe, Co, Ni) ini
dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
|
Karakteristik
|
26Fe
|
27Co
|
28Ni
|
|
Konfigurasi elektronik
|
[18Ar]
3d6 4s2
|
[18Ar]
3d7 4s2
|
[18Ar]
3d8 4s2
|
|
Kelimpahan / ppm
(dalam kerak bumi)
|
62000
|
29
|
99
|
|
Densitas / g cm-3 (20ºC)
|
7,874
|
8,9
|
8,908
|
|
Titik leleh / ºC
|
1535
|
1495
|
1455
|
|
Titik didih / ºC
|
2750
|
3100
|
2920
|
|
Jari-jari atomik / pm
(bilangan koordinasi 12)
|
126
|
125
|
124
|
|
Jari-jari ionik / pm
(bilangan koordinasi 6 ; * = bilangan koordinasi
4)
|
25* - Fe6+
58,5 - Fe4+
55 - Fe3+
(ls)
64,5 - Fe3+ (hs)
61 - Fe2+
(ls)
78 - Fe2+
(hs)
|
53 - Co4+
54,5 – Co3+ (ls)
61 - Co3+ (hs)
65 - Co2+ (ls)
74,5 - Co2+ (hs)
|
48 - Ni4+
56 - Ni3+ (ls)
60 - Ni3+ (hs)
69 - Ni2+
|
|
Energi ionisasi (Kj / mol)
Pertama
Kedua
Ketiga
|
762.5
1561.9
2957
|
760.4
1648
3232
|
737.1
1753.0
3395
|
|
Elektronegativitas
|
1,8
|
1,8
|
1,8
|
|
Potensial reduksi standar / V
(M2+ +2e →M)
(M3+ + 3e → M)
|
−0.44
−0.04
|
−0.28
|
−0.25
|
|
Bilangan oksidasi utama (p)
|
+2,
+3
|
+2,
+3
|
+2,
+3
|
|
Bentuk (warna logam)
|
Putih
keperakan dan berkilauan
|
Mengkilat
keperakan sedikit kebiru-biruan
|
Putih
perak mengkilat
|
|
Fase
|
Padat
|
Padat
|
Padat
|
|
Warna ion M2+
Warna ion M3+
|
Hijau
muda
Kuning
|
Merah
muda
Biru
|
Hijau
-
|
|
Sifat kemagnetan
|
Feromagnetik
|
Feromagnetik
|
Feromagnetik
|
|
Struktur kristal
|
α-besi
= bcc (body centered cube) (25ºC)
ɣ-besi
= fcc (face centered cube) (910ºC)
δ-besi
= bcc (body centered cube) (1390ºC)
|
fcc
(face centered cube)
|
fcc
(face centered cube)
|
Golongan logam
triade besi terdapat dalam fase padat. Densitas dari kiri ke kanan (dari Fe ke
Ni) semakin besar. Densitas atau rapatan massa merupakan perbandingan massa
atom dengan volume. Jika volume dianggap tetap, sedangkan massa atom dari Fe ke
Ni semakin bertambah maka menyebabkan densitasnya dari Fe ke Ni semakin besar.Jari-jari
atom dari kiri ke kanan (dari Fe ke Ni) semakin kecil, hal ini dikarenakan Dari
kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah
elektron pada kulit bertambah. Hal tersebutmengakibatkan gaya tarik-menarik
antara inti dengan kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin
kecil.
Bilangan oksidasi pada unsur-unsur
triade besi beragam. Tetapi keberagaman bilangan oksidasi ini tidak sebesar
unsur-unsur transisi yang lain, seperti vanadium dan mangan. Bilangan oksidasi
+2 umunya ditemukan pada ketiga unsur. Untuk kobalt dan nikel bilangan oksidasi
+2 paling mantap, tetapi untuk besi, yang paling mantap adalah bilangan
oksidasi +3.
|
|
|
|
|
|
3d
Fe2+ [Ar]
3d
|
|
|
|
|
|
Fe3+ [Ar]
Konfigurasi
dimana elektron subkulit orbital d
telah separuh terpenuhi, dimana seluruh elektron tidak berpasangan, mempunyai
kemantapan khusus. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Fe(II) dapat dioksidasi
dengan mudah menjadi Fe(III).
Untuk
Co(II) dan Ni(II) kehilangan sebuah elektron tambahan tidak menyebbkan
terbentuknya konfigurasi elektron dengan orbital d separuh terpenuhi.
3d
|
|
|
|
|
|
Co3+ [Ar]
3d
|
|
|
|
|
|
Ni3+ [Ar]
Akibatnya
perubahan Co(II) menjadi Co(III) dan Ni(II) menjadi Ni(III) tidak semudah pada
besi.
Sifat kemagnetan pada unsur-unsur triade besi
adalah feromagnetik. Feromagnetik,
yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetikhanya saja dalam keadaan padat. Walaupun
ion-ion Fe2+, Co2+, dan Ni2+ semuanya memiliki
elektron tidak berpasangan, sifat feromagnetisme bukan hanya karena sifat
paramagnetisme semata-mata.Feromagnetik memiliki momen magnetik permanen tanpa adanya
medan magnet yang diberikan dari luar. Magnetisasi maksimum atau magnetisasi
jenuh (saturation magnetization) Ms dari bahan feromagnetik mepresentasikan
besarnya magnetisasi yang dihasilkan oleh dwikutub magnetik yang secara
keseluruhan sejajar dengan medan dari luar serta akan berhubungan dengan
besarnya kerapatan fluks (Bs).

2.2.2
Sifat Kimia
a)
Besi (Fe)
1.
Besi lebih reaktif
daripada logam-logam lainnya di golongan VIIIB.
2.
Besi bereaksi dengan asam
nonoksidator maupun asam oksidator.
3.
Unsur besi bersifat elektropositif
(mudah melepaskan elektron) sehingga bilangan oksidasinya bertanda positif.
4.
Fe dapat memiliki biloks +2, +3, +4, dan +6. Hal ini disebabkan
karena perbedaan energi elektron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil, sehingga
elektron pada subkulit 3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain electron
pada subkulit 4s.
5.
Logam murni besi sangat reaktif secara
kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat
peningkatan suhu.
6.
Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni
alfa, beta, gamma dan omega dengansuhu transisi 700, 928, dan
1530ºC. Bentuk alfa bersifat magnetik, beta, sifat tapi ketika
berubah menjadi magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak
berubah.
7.
Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam
seperti halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silikon.
8.
Larut dalam asam- asam mineral encer.
9.
Oksidanya bersifat amfoter.
b)
Kobalt (Co)
1.
Mudah larut dalam asam-asam mineral encer.
2.
Kurang reaktif.
3.
Dapat membentuk senyawa kompleks.
4.
Senyawanya umumnya berwarna.
5.
Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+
yang berwarna merah.
6.
Senyawa-senyawa Co(II) yang tak terhidrat
atau tak terdisosiasi berwara biru.
7.
Ion Co3+ tidak stabil, tetapi
kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.
8.
Kobalt (II) dapat dioksidasi menjadi
kobalt(III).
9.
Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk
endapan hitam.
10. Tahan korosi.
c)
Nikel (Ni)
1.
Pada suhu
kamar, reaksi dengan udara lambat.
2.
Jika dibakar,
reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
3.
Dengan Cl2
membentuk Klorida (NiCl2).
4.
Dengan steam
H2O membentuk Oksida NiO.
5.
Dengan HCl encer
dan asam sulfat encer, reaksi berlangsung lambat.
6.
Dengan asam
nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni + HNO3
Ni(NO3)2
+ NO + H2O
7.
Tidak beraksi
dengan basa alkali.
8.
Bereaksi
dengan H2S menghasilkan endapan hitam dalam larutan akuatik Ni[H2O]62+.
2.3
Cara Pembuatan / Isolasi
2.3.1
Besi (Fe)
Dalam bentuk murni, besi
adalah merupakan logam yanglunak dan hampir tidak mempunyai kegunaan
samasekali. Tetapi alloynya, khususnya baja, adalahmerupakan faktor yang sangat
penting dalam peradabanindustri. Besi diekstraksi dari
bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti hematit (Fe2O3),
limonit (2Fe2O3.3H2O), magnetit (Fe3O4),
dan siderit (FeCO3). Proses ekstraksi dilakukan dalam tungku yang
disebut tanur tiup (blast furnace) dengan menggunakan metode reduksi. Bahan
mentah untuk preparasi besi adalah bijih besi yang telah dipekatkan, kokas (C),
dan batu kapur (CaCO3). Bijih besi yang digunakan biasanya mengandung SiO2dan CaCO3 berperan
sebagai fluks. Ketiga bahan mentah tadi dimasukkan kedalam
tanur lewat bagian atas tanur. Kemudian,
udara panas ditiupkan dengan kuat (kecepatan ~350 mph) melalui bagian bawah
tanur. Udara panas yang ditiupkan bereaksi dengan kokas membentuk gas CO2.Hembusan
udara panas pada dasar tanur terjadi pada temperatur hingga 1300ºC.
C(S) + O2(g)
CO2(g)
Gas
CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dan bereaksi
lebih lanjut dengan kokas (C) membentuk gas CO yang kemudian berperan sebagai
agen pereduksi.
CO2(g) + C(s)
2 CO(g)
Reaksi
ini bersifat endotermik, sehingga terjadi sedikit penurunan suhu proses.
Karbon monooksida yang
terbentuk ini secara progressif mereduksi oksida-oksida besi ke bentuk
oksida-oksida yang lebih rendah dan akhirnya menjadi logam. Mula-mula uap air
akan terdesak ke luar, kemudian sebagian bijih mulai tereduksi ole karbon
monoksida.
3 Fe2O3(s) +
CO(g)
2 Fe3O4(s) + CO2(g)
Fe3O4(s) + CO(g)
3 FeO(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g)
Fe(l) + CO2(g)
Reaksi
keseluruhannya dapat ditulis sebagai berikut:
Fe2O3(s) + 3
CO(g)
2 Fe(l) + 3 CO2(g)
Fe
yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di bawah
tinggi sekitar 2000°C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya. Sementara
itu, CaCO3 dalam tanur akan diuraikan oleh panas dari tanur menjadi
CaO.
CaCO3(s)
CaO(s) + CO2(g)
CaO yang terbentuk akan
bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam yang ada dalam bijih besi, seperti
pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa dengan titik didih rendah, yaitu kerak
kalsium silikat yang berupa liquid yang disebut terak
(slag).
Lelehan
terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena kerapatan lelehan
terak yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka lelehan terak berada di
atas lelehan besi sehingga keduanya dapat dikeluarkan secara terpisah. Secara
tidak langsung, lelehan terak ini melindungi lelehan besi dari teroksidasi
kembali.
Besi yang dihasilkan dari
tanur pembakaran disebut cast iron atau pig iron atau besi gubal, yang
mengandung pengotor sebagai berikut:
C=2,0 – 4,5 % , Si=0,7 – 3,0
%, S=0,1 – 0,3 %, P=0 - 3,0%, Mn=0,2 – 1,0 %. Akibat adanya pengotor-pengotor
ini, pig iron bersifat rapuh dan hanya cocok untuk memproduksi besi tuang yang
tidak tahan terhadap kejutan. Reduksi kandungan karbon menjadi 0,05 – 2,0 % dan
penghilangan hampir semua pengotor non-logam lainnya menghasilkan baja, yaitu
alloy dengan kualitas yang lebih diinginkan tentang fleksibilitas, kekerasan,
kekuatan, dan ke-dapattempaannya. Dan ini normalnya dapat dicapai dalam suatu
tungku pembakaran, yang terdiri dari kutub dangkal dari leburan besi yang
dipanaskan oleh nyala gas di atas permukaan. Tungku pembakaran dihubungkan
dengan magnesium oksida atau campuran magnesium dengan oksida-oksida kalsium.
Oksida-oksida besi yang cukup ditambahkan untuk mengoksidasi belerang, fosfor,
dan sebagian besar karbon.
Proses reduksi pada ekstraksi
besi ini bersifat dapat balik / reversibel, dan reduksi sempurna hanya terjadi
jika karbon dioksida yang terbentuk dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
penambahan kokas berlebihan yang akan mereduksi karbon dioksida menjadi karbon
monoksida.

2.3.2 Kobalt (Co)
Produksi
logam kobalt umumnya mengandalkan kepada fakta bahwa Co sering terdapat dalam
mineral-mineral logam-logam lainnya (misalnya, Ni, Cu, dan Ag) dan proses akhir
meliputi reduksi Co3O4 dengan Al atau C yang diikuti oleh
electrolytic refining.

2.3.3
Nikel
(Ni)
Ekstraksi logam Ni dapat
dilakukan melalui proses Mond. Proses Mond yang kadang-kadang
dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang diciptakan oleh Ludwig Mond
pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan nikel. Proses ini digunakan
secara komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini dilakukan dengan
mengkonversi oksida nikel (nikel dikombinasikan dengan oksigen) ke nikel murni.Proses
Mond ini didasarkan pada fakta bahwa Ni membentuk derivatif karbonil lebih
cepat dibanding logam lainnya.Dalam proses ini mula-mula dilakukan pembakaran
mineral Ni di udara yang akan menghasilkan nikel oksidayang kemudian direduksi
dengan menggunakan karbon untuk menghasilkan logam Ni.Kemudian logam direfining
secara elektrolisis atau dengan cara pengubahan menjadi Ni(CO)4lalu
diikuti oleh peruraian termal.
Tahapan reaksinya adalah
sebagai berikut:
Logam nikel mentah bereaksi
dengan karbon monoksida membentuk nikel tetrakarbonil:
Ni(s) + 4
CO(g)
Ni(CO)4(g)
Senyawa atsiri ini dapat
dipisahkan dengan mudah dari zat pengotor yang semula ada dalam logam mentah.
Pemanasan yang tinggi akhirnya menguraikan Ni(CO)4 dan diperoleh
logam nikel murni.
Ni(CO)4(g)
Ni(s) + 4 CO(g)
2.4 Reaksi-reaksi dan Senyawaan
2.4.1
Reaksi-reaksi
Unsur Fe, Co, Ni
A. Besi
(Fe)
Besi
yang murni adalah logam warna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada
1535 oC. Jarang terdapat besi yang murni; biasanya besi mengandung
sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur
besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat
encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas
hidrogen.
Fe + 2H+ ®
Fe2+ + H2
Fe + 2HCl ®
Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam
sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:
2Fe + 3H2SO4 +6H+
®
2Fe3+ + 3SO2
+ 6H2O
Dengan
asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan amonia:
4Fe + 10H+ + NO3-
®
4Fe2+ + NH4+ + 3H2O
Asam
nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif;
dalam keadaan ini, ia tak bereaksi dengan asam nitrat encer dan tak pula
mendesak tembaga dari larutan air suatu garam tembaga. Asam nitrat 1+1 atau
asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen
oksida dan ion besi(III):
Fe + HNO3 +3H+ ®
Fe3+ + NO
+ 2H2O
Garam-garam
besi(II) (atau ferro) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam larutan,
garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau.
Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga
umum. Ion besi(II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek
ini; dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi(II). Maka larutan besi(II) harus sedikit asam bila
ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Garam-garam
besi(III) (atau ferri) diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3.
Mereka lebih stabil daripada garam besi(II). Dalam larutannya, terdapat
kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan
mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion
besi(III) menjadi besi(II).
1.
Larutan
natrium hidroksida
a. Besi(II)
Endapan putih
besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tak terdapat udara sama sekali.
Endapan ini tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam. Bila
terkena udara, besi(II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada
akhirnya menghasilkan besi(III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada kondisi
biasa, Fe(OH)2, nampak sebagai endapan hijau kotor; dengan
penambahan hidrogen peroksida, ia segera dioksidasikan menjadi besi(III)
hidroksida:
Fe2+ + 2OH- ®
Fe(OH)2 ¯
4Fe(OH)2 +2H2O +O2
®
4Fe(OH)3 ¯
2Fe(OH)2 + H2O2 ®
2Fe(OH)3 ¯
b. Besi(III)
Endapan coklat
kemerahan besi(III) hidroksida, yang tak larut dalam reagensia berlebihan:
Fe3+ + 3OH- ®
Fe(OH)3 ¯
2.
Larutan
amonia
a. Besi(II)
Terjadi
pengendapan besi(II) hidroksida. Tetapi jika ada ion amonium dalam jumlah yang
lebih banyak, disosiasi amonium hidroksida tertekan, dan konsentrasi ion
hidroksil menjadi semakin rendah, sampai sedemikian, sehingga hasil kali
kelarutan besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, tak tercapai, dan
pengendapan tak terjadi.
b. Besi(III)
Endapan coklat
merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak terlarut dalam
reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O
®
Fe(OH)3 ¯ + 3NH4+
Hasil kali kelarutan besi(III)
hidroksida begitu kecil(3,8x10-38), sehingga terjadi pengendapan
sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam amonium.
Pengendapan tak terjadi jika ada serta
asam-asam organik tertentu. Besi(III) hidroksida diubah pada pemanasan yang
kuat menjadi besi(III) oksida; oksida yang dipijarkan dapat larut dengan sukar
dalam larutan asam encer, tetapi melarut setelah dididihkan dengan keras
bersama asam klorida pekat.
2Fe(OH)3
¯ ®
Fe2O3 + 3H2O
Fe2O3
+ 6H+ ® 2Fe3+ + 3H2O
3.
Hidrogen
sulfida
a. Besi(II)
Tak terjadi
pengendapan dalam larutan asam, karena konsentrasi ion sulfida, [S2-],
tak cukup untuk melampaui hasil kali kelarutan besi(II) sulfida. Jika
konsentrasi ion hidrogen jadi berkurang dan konsentrasi ion sulfida bertambah
dengan sesuai, dengan penambahan larutan natrium asetat, maka terjadi
pengendapan sebagian besi(II) sulfida, FeS, yang hitam.
b. Besi(III)
Dalam larutan asam
mereduksi ion-ion besi(III) menjadi besi(II) dan terbentuk belerang sebagai
endapan putih-susu:
2Fe3+ + H2S ®
2Fe2+ + 2H+ + S ¯
Jika suatu
larutan netral besi(III) klorida ditambahkan pada larutan hidrogen sulfida
jenuh yang baru saja dibuat, timbul mula-mula pewarnaan kebiruan, diikuti
dengan pengendapan belerang. Warna biru ini disebabkan oleh larutan koloid
belerang yang ukuran partikelnya sangat kecil. Reaksi ini bisa dipakai untuk
menguji baru atau tidaknya larutan-larutan hidrogen sulfida.
Belerang yang
berbentuk halus itu tak dapat disaring dengan mudah dengan kertas saring biasa.
Dengan mendidihkan larutan bersama beberapa potong sobekan kertas saring,
endapan berkoagulasi dan bisa disaring.
4.
Larutan
amonium sulfida
a. Besi(II)
Endapan hitam
besi(II) sulfida, FeS, yang larut dengan mudah dalam asam, dengan melepaskan
hidrogen sulfida. Endapan yang basah, akan menjadi coklat setelah terkena
udara, karena dioksidasikan menjadi besi(III) sulfat basa, Fe2O(SO4)2.
Fe2+ + S2- ®
FeS ¯
FeS ¯
+ 2H+ ® Fe2+ + H2S
4FeS ¯
+ 9O2 ® 2Fe2O(SO4)2
¯
b. Besi(III)
Terbentuk
endapan hitam, yang terdiri dari besi(II) sulfida dan belerang:
2Fe3+ + 3S2- ®
2FeS ¯ + S ¯
Dalam asam
klorida, endapan besi(II) sulfida hitam itu melarut dan warna putih dari
belerang menjadi nampak jelas:
FeS ¯
+ 2H+ ® H2S
+ Fe2+
Dari larutan
basa, kita memperoleh besi(III) sulfida hitam:
2F3+ + 3S2- ®
Fe2S3 ¯
Dengan diasamkan
dengan asam klorida, ion besi(III) direduksi menjadi besi(II), dan terbentuk
belerang:
Fe2S3 ¯
+ 4H+ ® 2Fe2+ + 2H2S
+ S¯
Endapan besi(II)
sulfida yang lembab, bila terkena udara, perlahan-lahan dioksidasikan menjadi
besi(III) hidroksida yang coklat:
4FeS ¯
+ 6H2O + 3O2 ®
4Fe(OH)3 ¯ + 4S ¯
Reaksi ini
eksotermal. Pada kondisi-kondisi tertentu, mungkin begitu banyak panas
dilepaskan sehingga endapan menjadi kering, dan kertas saring, dengan belerang
yang halus di atasnya, terbakar. Maka endapan-endapan
sulfida tak boleh sekali-kali dibuang ke dalam tempat sampah, tetapi lebih
baik dihanyutkan dengan air mengalir; hanya kertas saringnya saja yang boleh
dibuang dengan melemparkan.
5.
Larutan
kalium sianida (RACUN)
a. Besi(II)
Endapan coklat kekuningan, besi(II)
sianida, yang larut dalam reagensia berlebihan, berlebihan, pada mana kita
memperoleh larutan kuning muda dari ion heksasianoferat(II) (ferosianida)
[Fe(CN)6]4-:
Fe2+
+ 2CN- ® Fe(CN)2 ¯
Fe(CN)2 ¯
+ 4CN- ® [Fe(CN)6]4-
Karena ion heksasianoferat(II) adalah
ion kompleks, tidak memberi reaksi-reaksi besi yang khas. Besi yang ada dalam
larutan demikian, bisa dideteksi dengan menguraikan ion kompleks itu dengan
mendidihkan larutan dengan asam sulfat pekat dalam kamar asam yang mempunyai ventilasi yang baik, pada mana
terbentuk gas karbon monoksida(bersama-sama dengan hidrogen sianida, jika
kalium sianida terdapat berlebihan):
[Fe(CN)6]4-
+ 6H2SO4 + 6H2O ®
Fe2+ + 6CO
+ 6NH4+ + 6SO42-
Cuplikan kering yang mengandung alkali
heksasianoferat(II), terurai sewaktu dipijarkan menjadi besi karbida, alkali
sianida, dan nitrogen.
b. Besi(III)
Bila ditambahkan perlahan-lahan, menghasilkan
endapan coklat kemerahan besi(III) sianida:
Fe3+
+ 3CN- ® Fe(CN)3 ¯
Dengan reagensia berlebihan, endapan
melarut menghasilkan larutan kuning, pada mana terbentuk ion
heksasianoferat(III):
Fe(CN)3
¯
+ 3CN- ® [Fe(CN)6]3-
Reaksi-reaksi ini harus dilaksanakan
dalam kamar asam, karena asam bebas yang terdapat dalam larutan besi(III)
klorida membentuk gas hidrogen sianida dengan reagensia:
H+
+ CN- ® HCN
6.
Larutan
kalium heksasianoferat(II)
a. Besi(II)
Dalam keadaan tanpa udara sama sekali,
terbentuk endapan putih kalium besi(II) heksasianoferat:
Fe2+
+ 2K+ + [Fe(CN)6]4- ®K2Fe[Fe(CN)6]
¯
Pada kondisi atmosfer biasa, diperoleh
suatu endapan biru muda
b. Besi(III)
Endapan biru tua, besi(III)
heksasianoferat (biru Prusia):
4Fe3+
+ 3[Fe(CN)6]4- ®
Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan tak larut dalam asam encer,
tetapi terurai dalam asam klorida pekat. Reagensia yang sangat berlebihan
melarutkannya sebagian atau seluruhnya, pada mana diperoleh larutan yang
berwarna biru tua. Natrium hidroksida mengubah endapan menjadi merah, karena
terbentuk besi(III) oksida dan ion heksasianoferat(II):
Fe4[Fe(CN)6]3
¯
+ 12OH- ® 4Fe(OH)3 ¯
+ 3[Fe(CN)6]4-
Asam oksalat yang juga melarutkan Biru
Prusia, membentuk larutan biru; proses ini pernah dipakai untuk membuat tinta
tulis berwarna biru.
Jika besi(III) klorida ditambahkan pada
kalium heksasianoferat(II) yang berlebihan, terbentuk produk dengan komposisi
Kfe[Fe(CN)6]. Zat ini cenderung membentuk larutan koloid (‘Biru
Prusia Yang Larut’) dan tak dapat disaring.
7.
Larutan
kalium heksasianoferat(III)
a. Besi(II)
Diperoleh endapan biru tua. Mula-mula
ion heksasianoferat(III) mengoksidasikan besi(II) menjadi besi(III), pada mana
terbentuk heksasianoferat(II):
Fe2+
+ [Fe(CN)6]3- ®
Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
dan ion-ion ini bergabung menjadi
endapan yang disebut Turnbull:
4Fe3+
+ 3[Fe(CN)6]4- ®
Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan ini diuraikan oleh larutan
natrium atau kalium hidroksida, pada mana besi(III) hidroksida mengendap.
b. Besi(III)
Dihasilkan pewarnaan coklat, oleh
pembentukan kompleks yang tak terdisosiasi, yaitu besi(III)
heksasianoferat(III):
Fe3+
+ [Fe(CN)6]3- ®
Fe[Fe(CN)6]
Dengan menambahkan hidrogen peroksida
atau sedikit larutan timah(II) klorida, bagian heksasianoferat(III) dari
senyawa ini direduksi, dan mengendaplah biru Prusia.
8.
Larutan
amonium tiosianat
a. Besi(II)
Tak diperoleh pewarnaan denagn
garam-garam besi(II) yang murni.
b. Besi(III)
Dalam larutan yang sedikit asam,
dihasilkan pewarnaan merah-tua, yang disebabkan karena pembentukan suatu
kompleks besi(III) tiosianat yang tak terdisosiasi:
Fe3+
+ 3SCN- ® Fe(SCN)3
Molekul yang tak
bermuatan ini dapat diekstraksi oleh eter atau amil alkohol. Selain ini,
terbentuk pula serangkaian ion-ion kompleks, seperti: [Fe(SCN)]2+,
[Fe(SCN)2]+, [Fe(SCN)4]-, [Fe(SCN)5]2-,
dan [Fe(SCN)6]3-.
9.
Larutan
dinatrium hidrogen fosfat
a. Besi(III)
Terbentuk
endapan putih kekuningan besi(III) fosfat:
Fe3+ + HPO42-
®
FePO4 ¯ + H+
Reaksi ini
reversibel, karena terbentuk suatu asam kuat yang melarutkan endapan. Sebaiknya
tambahan sedikit natrium asetat, yang akan bertindak sebagai buffer tehadap
asam kuat itu:
CH3COO- + H+
CH3COOH
Asam asetat,
yang terbentuk dalam reaksi ini, tak melarutkan endapan. Reaksi keseluruhan,
dengan ada sertanya natrium asetat, dapat ditulis:
Fe3+ + HPO42-
+ CH3COO- ®
FePO4 ¯ + CH3COOH
10.
Larutan
natrium asetat
a. Besi(III)
Diperoleh
pewarnaan coklat kemerahan, yang disebabkan oleh pembentukan ion kompleks
dengan komposisi [Fe(OH)2(CH3COO)6]+.
Reaksi:
3Fe3+ + 6CH3COO-
+ 2H2O
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+
+2H+
menuju ke
kesetimbangan, karena terbentuk asam kuat, yang menguraikan kompleks tersebut.
Jika reagensia ditambahkan berlebihan, natrium asetat bertindak sebagai buffer,
dan reaksi berjalan sampai selesai.
Jika larutan
diencerkan dan dididihkan, terbentuk endapan coklat-kemerahan, besi(III) asetat
basa:
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+
+ 4H2O ® 3Fe(OH)2CH3COO
¯
+
3CH3COOH
+ H+
11.
Reduksi
ion besi(III) menjadi besi(II)
Dalam
larutan asam, ini bisa dicapai dalam berbagai zat. Logam zink atau kadmium,
atau amalgamnya (yakni aliase dengan merkurium) boleh dipakai:
2Fe3+ + Zn ®
Zn2+ + 2Fe2+
2Fe3+ + Cd ®
Cd2+ + 2Fe2+
Larutan
akan mengandung masing-masing ion zink atau kadmium setelah reduksi. Dalam
larutan asam, logam-logam ini akan larut lebih lanjut dengan membebaskan
hidrogen; karena itu logam-logam ini harus dikeluarkan dari larutan setelah
reduksi tercapai.
Timah(II)
klorida, kalium iodida, hidroksilamina hidroklorida, hidrazina sulfat, atau
asam askorbat dapat juga dipakai:
2Fe3+ + Sn2+ ®
2Fe2+ + Sn4+
2Fe3+ + I- ®
2Fe2+ + I2
4Fe3+ + 2NH2OH
®
4Fe2+ + N2O + H2O + 4H+
4Fe3+ + N2H4
®
4Fe2+ + N2 + 4H+
2Fe3+ + C6H8O6
®
2Fe2+ + C6H6O6 + 2H+
dimana
produk reduksinya dengan asam askorbat adalah asam dehidroaskorbat.
Hidrogen
sulfida dan gas belerang dioksida, juga mereduksi ion besi(III):
2Fe3+ + H2S ®
2Fe2+ + S ¯
+ 2H+
2Fe3+ + SO2 +
2H2O ® 2Fe2+ + SO42-
+ 4H+
12.
Oksidasi
ion besi(II) menjadi besi(III)
Oksidasi
terjadi dengan lambat, ketika terkena udara. Oksidasi yang cepat dihasilkan
oleh asam nitrat pekat, hidrogen peroksida, asam klorida pekat dengan kalium
klorat, air raja, kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat
dalam larutan asam.
4Fe2+ + O2 +
4H+ ® 4Fe3+ + 2H2O
3Fe2+ + HNO + 3H+
®
NO
+ 3Fe3+ + 2H2O
2Fe2+ + H2O2
+ 2H+ ® 2Fe3+ + 2H2O
6Fe2+ + ClO3-
+ 6H+ ® 6Fe3+ + Cl-
+ 3H2O
2Fe2+ + HNO3 +
3HCl+ ® 2Fe3+ + NOCl
+ 2Cl- + 2H2O
5Fe2+ + MnO4-
+ 8H+ ® 5Fe3+ + Mn2 +
4H2O
Fe2+ + Ce4+ ®
Fe3+ + Ce3+
B. Kobalt
(Co)
Kobalt
adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat sedikit magnetis. Ia
melebur pada 1490oC. Logam ini mudah larut dalam asam-asam mineral
encer:
Co + 2H+ ®
Co2+ + H2
Pelarutan
dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida:
3Co + 2HNO3 + 6H+ ®
3Co2+ + 2NO
+ 4H2O
Dalam
larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt(II), Co2+;
kadang-kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks, dijumpai ion kobalt(III), Co3+.
Kedua ion ini masing-masing diturunkan dari oksida CoO dan Co2O3.
Oksida kobalt(II) – kobalt(III), Co3O4, juga diketahui.
Dalam
larutan air dari senyawa-senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+ yang
merah. Senyawa-senyawa kobalt(II) yang tak-terhidrat atau tak terdisosiasi,
berwarna biru. Jika disosiasi dari senyawa-senyawa kobalt ditekan, warna
larutan berangsur-angsur berubah menjadi biru.
Ion
kobalt(III), Co3+, tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil,
baik dalam larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt(II)
dapat dioksidasikan dengan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III).
1.
Larutan
natrium hidroksida
Dalam
keadaan dingin, mengendap suatu garam basa berwarna biru:
Co2+ + OH- + NO3-®
Co(OH)NO3 ¯
Pada
pemanasan dengan alkali berlebihan (atau kadang-kadang hanya dengan menambahkan
reagensia berlebihan), garam basa itu diubah menjadi endapan kobalt(II)
hidroksida yang berwarna merah jambu:
4Co(OH)NO3 ¯
+ OH- ® Co(OH)2 ¯
+ NO3-
Tetapi,
sedikit endapan melarut ke dalam larutan.
Hidroksida
ini perlahan-lahan berubah manjadi kobalt(II) hidroksida yang hitam kecoklatan,
ketika terbuka terhadap udara:
4Co(OH)2 ¯
+ O2 + 2H2O ®
4Co(OH)3 ¯
Perubahan akan terjadi dengan lebih cepat jika ditambahkan
suatu pengoksid seperti natrium hipoklorit atau hidrogen peroksida:
2Co(OH)2
¯
+ H2O2 ®
2Co(OH)3 ¯
2Co(OH)2 ¯
+ OCl- + H2O ®
2Co(OH)3 ¯ + Cl-
Endapan kobalt(II)
hidroksida mudah larut dalam amonia atau larutan garam-garam amonium pekat,
asalkan cairan induk bersifat basa:
Co(OH)2 ¯
+ 6NH3 ® [Co(NH3)6]2+
+ 2OH-
Co(OH)2 ¯
+ 6NH4+ 4OH- ®
[Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion
heksaaminakobaltat(II) yang coklat-kekuningan perlahan-lahan berubah menjadi
merah-kecoklatan jika terkena udara; hidrogen peroksida lebih cepat
mengoksidasikan ion kompleks itu menjadi ion heksaaminakobaltat(III):
4[Co(NH3)6]2+ + O2 +2H2O
®
4[Co(NH3)6]3+ + 4OH-
2[Co(NH3)6]2+
+ H2O2 ®
2[Co(NH3)6]3+ + 2OH-
Bila ada serta garam-garam
amonium, alkali hidroksida tidak mengendapkan kobalt(II) hodroksida sama
sekali. Demikian pula halnya jika larutan mengandung sitrat atau tatrat.
2.
Larutan
amonia
Jika
terdapat garam-garam amonium, sedikit amonia akan mengendapkan garam basa seperti
dalam reaksi:
Co2+ + NH3 + H2O
+ NO3- ®
Co(OH)NO3 ¯
+ NH4+
Kelebihan
reagensia melarutkan endapan, pada mana ion-ion heksaaminakobaltat(II)
terbentuk:
Co(OH)NO3 ¯
+ 6NH3 ® [Co(NH3)6]2+
+ NO3- + OH-
Pengendapan
garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion amonium dalam jumlah yang
lebih banyak, melainkan, kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu tahap.
Pada kondisi-kondisi demikian, kesetimbangan
Co2+ + 6NH4+
[Co(NH3)6]2+
+ 6H+
bergeser
ke arah kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh amonia:
H+ + NH3 ®
NH4+
3.
Larutan
amonium sulfida
Sulfida
endapan hitam kobalt(II) sulfida dari larutan netral atau basa:
Co2+ + S2- ®
CoS ¯
Endapan
tak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat (meskipun tak akan terjadi
pengendapan dari larutan-larutan demikian). Asam nitrat pekat, panas, atau air
raja, melarutkan endapan, sementara belerang putih tetap tertinggal:
3CoS ¯
+ 2HNO3 +6H+ ®
3Co2+ + 3S ¯
+ 2NO + 4H2O
CoS ¯
+ HNO3 + 3HCl ®
Co2+ + S ¯ + NOCl
+ 2Cl- + 2H2O
Pada
persamaan lebih lama, campuran menjadi jernih karena belerang teroksidasi
menjadi sulfat:
S ¯
+ 2HNO3 ® SO42- + 2H+
+ 2NO
S ¯
+ 3HNO3 + 9HCl ®
SO42- + 6Cl- + 3NOCl
+ 8H+ + 2H2O
4.
Larutan
kalium sianida
Endapan
coklat-kemerahan kobalt(II) sianida:
Co2+ + 2CN- ®
Co(CN)2 ¯
Endapan
melarut dalam reagensia berlebihan; terbentuk larutan coklat
heksasianokobaltat(II):
Co(CN)2 ¯
+ 4CN- ® [Co(CN)6]4-
Dengan
mengasamkan dalam keadaan dingin
dengan asam klorida encer, endapan muncul lagi:
[Co(CN)6]4- + 4H+
®
Co(CN)2 ¯ + 4HCN
Eksperimen
ini harus dikerjakan dalam kamar asam dengan ventilasi yang baik.
Jika
larutan coklat dididihkan lebih lama dalam udara, atau jika ditambahkan sedikit
hidrogen peroksida dan larutan dipanaskan, larutan akan berubah menjadi kuning
karena terbentuk ion heksasianokobaltat(III):
4[Co(CN)6]4- + O2 + 2H2O
®
4[Co(CN)6]3- + 4OH-
2[Co(CN)6]4-
+ H2O2 ®
2[Co(CN)6]3- + 2OH-
5.
Larutan
kalium nitrit
Endapan
kuning kalium heksanitritokobaltat(III), K3[Co(NO2)6].3H2O:
Co2+ + 7NO2-
+ 2H+ + 3K+ ®
K3[Co(NO2)6] ¯
+ NO + H2O (a)
Reaksi
ini berlangsung dalam dua tahap. Mula-mula, nitrit mengoksidasikan kobalt(II)
menjadi kobalt(III):
Co2+ + 7NO2-
+ 2H+ ® Co3+ + NO
+ H2O (b)
lalu ion
kobalt(III) bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+ + 6NO2-
+ 3K+ ® K3[Co(NO2)6] (c)
Reaksi ini juga
khas untuk ion-ion kalium dan nitrit. Ion nikel tak bereaksi jika ada serta
asam asetat.
6.
Larutan
amonium tiosianat:
Dengan
menambahkan beberapa butir krital amonium tisoanat kepada larutan kobalt(II) yang
netral atau asam, muncul warna biru
karena terbentuk ion tetratiosianattokobaltat(II):
Co2+ + 4SCN-
®
[Co(SCN)4]2-
C. Nikel
(Ni)
Nikel
adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa dan
sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445oC, dan bersifat sedikit
magnetis.
Asam
klorida encer (maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkan nikel dengan
membentuk hidrogen:
Ni + 2H+ ®
Ni2+ + H2
Ni + 2HCl ®
Ni2+ + 2Cl- + H2
Reaksi-reaksi
ini dipercepat jika larutan dipanaskan. Asam sulfat, panas, melarutkan nikel
dengan membentuk belerang dioksida:
Ni + H2SO4 + 2H+
®
Ni2+ + SO2
+ 2H2O
Asam
nitrat encer dan pekat melarutkan nikel dengan mudah dalam keadaan dingin:
3Ni + 2HNO3 + 6H+ ®
3Ni2+ + 2NO
+ 4H2O
Garam-garam
nikel(II) yang stabil, diturunkan dari nikel(II) oksida, NiO, yang merupakan
zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut, berwarna hijau, disebabkan
oleh warna dari kompleks heksakuonikelat(II), [Ni(H2O)6]2+;
tetapi untuk singkatnya, dianggap sebagai ion nikel(II) Ni2+.
Nikel(III) oksida, NiO3, yang hitam-kecoklatan, juga ada, tetapi zat
ini melarut dalam asam dengan membentuk ion nikel(II). Dengan asam klorida
encer reaksi ini menghasilkan gas klor:
Ni2O3 + 6H+
+ 2Cl- ® 2Ni2+ + Cl2
+ 3H2O
1.
Larutan
natrium hidroksida
Endapan
hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2OH- ®
Ni(OH)2 ¯
Endapan tak
larut dalam reagensia berlebihan. Tak terjadi endapan jika ada serta tatrat
atau sitrat, karena terbentuk kompleks. Amonia melarutkan endapan; dengan
adanya alkali hidroksida berlebihan, garam-garam amonium akan juga melarutkan
endapan:
Ni(OH)2 ¯
+ 6NH3 ® [Ni(NH3)6]2+
+ 2OH-
Ni(OH)2 ¯
+ 6NH4+ + 4OH- ®
[Ni(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan
ion heksamaminanikelat(II) ini berwarna biru tua; ion ini dapat dengan mudah
disangka sebagai ion tembaga(II) yang membentuk ion tetraaminakuprat(II) biru
dalam suatu reaksi yanga analog. Larutan tak teroksidasi pada pendidihan yang
terbuka terhadap udara, atau pada penambahan hidrogen peroksida.
Endapan
nikel(II) hidroksida yang hijau, dapat dioksidasikan menjadi nikel(III)
hidroksida hitam dengan larutan natrium hipoklorit:
2Ni(OH)2 + ClO- + H2O
®
2Ni(OH)3 ¯ + Cl-
Namun
larutan hidrogen peroksida tidak mengoksidasikan nikel(III) hidroksida, tetapi
endapan itu mengkatalis penguraian hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air
2H2O2
2H2O + O2
tanpa perubahan
apa-apa lainnya yang nampak.
2.
Larutan
amonia
Endapan
hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O
®
Ni(OH)2 ¯ + 2NH4+
yang larut dalam
reagensia berlebihan:
Ni(OH)2 ¯
+ 6NH3 ® [Ni(NH3)6]2+
+ 2OH-
larutan berubah
menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium, tak terjadi pengendapan, tetapi
kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.
3.
Larutan
amonium sulfida
Endapan
hitam nikel sulfida dari larutan netral atau sedikit basa:
Ni2+ + S2- ®
NiS ¯
Jika
reagensia ditambahkan berlebihan, terbentuk larutan koloid coklat tua, yang
akan mengalir menembus kertas saring. Jika larutan koloid ini dididihkan atau
jika ia dijadikan sedikit asam asetat dan dididihkan, larutan koloid (hidrosol)
itu akan berkoagulasi dan lalu bisa disaring. Adanya amonium klorida dalam
jumlah banyak biasanya mencegah terbentuknya sol. Nikel sulfida praktis tak
larut dalam asam klorida encer dingin dan dalam asam asetat, tetapi larut dalam
asam nitrat pekat panas dan dalam air raja disertai pemisahan belerang:
3NiS ¯
+ 2HNO3 + 6H+ ®
3Ni2+ + 2NO
+ 3S ¯ + 4H2O
NiS ¯
+ HNO3 + 3HCl ®
S ¯
+ NOCl + 2Cl- + 2H2O
Dengan
memanaskan lebih lama, belerang melarut dan larutan menjadi jenuh:
S ¯
+ 2HNO3 ® SO42- + 2H+
+ NO
S ¯
+ 3HNO3 + 9HCl ®
SO42- + 6Cl- + 3NOCl
+ 8H+ + 2H2O
4.
Hidrogen
sulfida (gas atau larutan air jenuh)
Hanya
sebagian dari nikel mengendap perlahan-lahan sebagai nikel sulfida dari larutan
netral; tak terjadi endapan dari larutan yang mengandung asam mineral atau
banyak asam asetat. Namun, pengendapan sempurna terjadi dari larutan yang
dijadikan basa dengan larutan amonia, atau dari larutan yang mengandung asetat
alkali berlebihan yang sedikit diasamkan dengan asam asetat.
5.
Larutan
kalium sianida (RACUN)
Endapan
hijau nikel(II) sianida
Ni2+ + 2CN- ®
Ni(CN2) ¯
Endapan mudah
larut dalam reagensia berlebihan, pada mana timbul larutan berwarna kuning yang
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetrasiaonikelat(II):
Ni(CN)2 ¯
+ 2CN- ® [Ni(CN)4]2-
Asam klorida
encer menguraikan kompleks ini dan endapan muncul lagi:
[Ni(CN)4]2- + 2H+
®
Ni(CN)2 ¯ + 2HCN
Jika
larutan tetrasianonikelat(II) dipanaskan dengan larutan natrium hipobromit (yang dibuat ditempat (in situ) dengan menambahkan air brom pada
larutan natrium hidroksida), kompleks itu terurai dan terbentuk endapan
nikel(III) hidroksida hitam:
2[Ni(CN)4]2- + OBr -
+ 4OH- + H2O ®
2Ni(OH)3 ¯ + 8CN- + Br –
Kalium
sianida berlebihan dan/atau air brom berlebihan harus dihindarkan karena ini
bereaksi dengan membentuk sianogen bromida, yang beracun dan menyebabkan mata
berair:
CN- + Br2 ®
BrCN + Br -
6.
Larutan
kalium nitrit
Tak
dihasilkan endapan dengan adanya asam asetat.
2.4.2
Senyawaan
Unsur Fe, Co, dan Ni
A. Besi
(Fe)
Besi
membentuk 2 macam senyawa – yaitu senyawa ferro,
yang mana valensinya dua; dan senyawa ferri,
yang mana valensi tiga. Larutan dari senyawa ini masing-masing menghasilkan ion
ferro (Fe2+) dan ion ferri (Fe3+). Senyawa ferri lebih
stabil, karena pada umumnya senyawa ferro mungkin dapat dengan mudah
teroksidasi ke tingkat valensi yang lebih tinggi, seringkali dilakukan oleh
oksigen dari udara.
Penambahan
larutan hidroksida ke larutan yang mengandung ion ferro berakhir pada
pembentukan endapan hijau pucat dari ferro hidroksida. Senyawa tersebut mudah
teroksidasi oleh oksigen dari udara dan segera setelah pengendapan (kecuali
oksigen dikeluarkan) oksidasi menjadi ferri oksida terhidrat terjadi. Ferri
hidroksida terhidrat mengendap sebagai padatan merah kecoklatan dari penambahan
larutan dasar ke larutan yang mengandung ion ferri. Baik ferro hidroksida
maupun ferri hidroksida keduanya tidak bersifat amfoter, dan keduanya tidak
larut dalam kelebihan basis.
Senyawa
besi dengan alkali sianida membentuk 2 jenis garam kompleks, ferrosianida, yang menyediakan ion
Fe(CN)64- dalam larutan; dan ferrisianida, yang menyediakan ion Fe(CN)63-.
Potassium ferrosianida [K4Fe(CN)6]
dihasilkan dari pemanasan bersama bahan organik, potassium karbon, dan potongan
besi. Garam dihasilkan sebagai kristal kuning dari penguapan larutan yang
diperoleh dalam pelarutan campuran. Potassium
ferrisianida diperoleh sebagai kristal merah gelap dari oksidasi potassium
ferro sianida dengan klorin. Kedua senyawa ini penting dalam menguji kadar ion
ferro dan ferri. Ion ferri bereaksi dengan ferrosianida untuk membentuk endapan
biru yang khas dari ferri ferrosianida,
yang disebut Biru Prussia.
4Fe3+ + 3Fe(CN)64-
®
Fe4[Fe(CN)6]3
Ion ferro
bereaksi dengan ion ferrisianida untuk membentuk ferro ferrisianida, senyawa larutan biru yang disebut Biru
Turnbull.
3Fe2+ +
2Fe(CN)6 ® Fe3[Fe(CN)6]2
Prussia
dan Turnbull merupakan biru yang identik, dan terlihat sama bahwa kedua senyawa
tersebut mempunyai komposisi yang sama, karena penyusunan kembali intramolekul.
Namun, adanya ion ferro dan ferri mungkin dapat dideteksi dalam sampel bahkan di
hadapan satu sama lain.
Pembentukan endapan biru dari penambahan ferrosianida ke dalam larutan harus
menunjukkan adanya ion ferri, dan pembentukan endapan biru dari penambahan
ferrisianida harus menunjukkan bahwa ion ferro ada. Tentu saja, pembentukan
endapan biru dari penambahan kedua ferrosianida dan ferrisianida dapat
menunjukkan bahwa kedua ion ferro dan ferri ada dalam sampel.
Jika
besi melebur dalam asam sulfat encer dan larutan diuapkan sampai kering,
kristal hijau terang dari ferro sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O),
kadang-kadang disebut asam belerang hijau atau copperas, diperoleh. Garam ini adalah garam besi yang lebih banyak
digunakan, dan paling banyak diperoleh dari pengendapan “pengasinan” larutan,
diperoleh sebagai produk dari pembersihan ion dengan mencelupkan
ke dalam asam sulfat sebelum galvanisasi.
1. Besi(III)
Ion
besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm-3
untuk low-spin dan 232 C mm-3
untuk high-spin, sehingga mempunyai
daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen.
Sebagai contoh, besi(III) kloridaberwarna merah-hitam, berupa padatan dengan
struktur jaringan kovalen. Pada pemanasan hingga fase gas terbentuk spesies
dimerik, Fe2Cl6. Besi(III) klorida dapt dibuat dari
pemanasan langsung besi dengan klorin menurut persamaan reaksi:
2Fe(s)
+ 3Cl2 (g)
3FeCl3 (s)
Besi(III) bromida mirip dengan besi(III)
klorida, tetapi besi(III) iodida tidak dapat diisolasi sebab ion iodida
mereduksi besi(III) menjadi besi(II):
2Fe3+
(aq) + 2I- (aq) + ®
2Fe2+ (aq) + I2 (aq)
Besi(III) klorida anhidrat bereaksi
dengan air menghasilkan gas HCl karena reaksinya bersifat eksotermik, kontras
dengan padatan kuning kekemasan garam heksahidrat, FeCl3.6H2O,
yang larut begitu saja dalam air menghasilkan ion heksahidrat, [Fe(H2O)6]3+:
FeCl3
(s) + 3H2O (l) ®
Fe(OH)3 (s) + 3HCl (g) + kalor
Ion heksaakuobesi(III),
[Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu pucat,
seperti halnya warna besi(III) nitrat nanohidrat. Warna kekuningan untuk
senyawa kloridanya dapat dikaitkan dengan terjadinya transfer muatan Fe3+
- C- ® Fe2+ - Cl0
dalam ion [Fe(H2O)5Cl]2+.
Semua garam besi(III)
larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang relatif
tinggi (232 C mm-3) mampu mempolarisasikan molekul air ligan dengan
cukup kuat, sehingga molekul air pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan
memisahkan proton dari air ligan tersebut menurut persamaan reaksi:
[Fe(H2O)6]3+
(aq) + H2O (l)
H3O+ (aq) +
[Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]2+
(aq) + H2O (l)
H3O+ (aq) +
[Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq)
Kesetimbangan reaksi tersebut sangat
bergantung pada pH. Penambahan ion hidronium tentu akan menggeser kesetimbangan
kekiri, menghasilkan ion [Fe(H2O)6]3+ yang
hampir tak berwarna. Sebaliknya, penambahan ion hidroksida akan menggeser
kesetimbangan kekanan, menghasilkan larutan kuning dan lebih lanjut endapan gelatin
besi(III) oksida hidroksida, FeO(OH) yang berwarna karat.
Walaupun biasanya
spesies besi(III) mengadopsi geometri oktahedron, tetapi ligan ion klorida
dapat menghasilkan geometri tetrahedron ion tetrakloroferat(III), [FeCl4]-.
Ion kompleks ini berwarna kuning dan dapat diisolasi dengan penambahan HCl
pekat ke dalam larutan ion heksaakuobesi(III) menurut persamaan reaksi:
[Fe(H2O)6]3+ (aq) +
4Cl- (aq)
[FeCl4]- (aq)
+ 6H2O (l)
Uji terhadap adanya ion
besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan larutan ion heksasianoferat(II),
[Fe(CN)6]4-, yang menyebabkan terjadinya endapan biru
Prusian besi(III) heksasianoferat(II), Fe4[Fe(CN)6]3.
4Fe3+ (aq) + 3[Fe(CN)6]4-
(aq) ® Fe4[Fe(CN)6]3
(s).
Selain itu, uji paling sensitif adanya
ion besi(III) adalah dengan penambahan larutan ion tiosianat ke dalam larutan
fe(III); terjadinya warna merah darah oleh karena terbentuk ion
pentaaquotiosianatobesi(III), sebagai indikasi adanya ion Fe3+ dalam
larutan.
[Fe(H2O)6]3+
(aq) + SCN- (aq) ®
[Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O
(l)
2. Besi(II)
Besi(II)
klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl
kering pada logam besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat
reduktor, maka oksidasi lanjut Fe(II) menjadi besi(III) dapat dicegah:
Fe (s) + 2HCl (g) ®
FeCl2 (s) + H2 (g)
Besi(II) klorida
anhidrat tak berwarna demikian juga tetrahidratnya, tetapi heksahidratnya
menjadi agak kehijauan. Baik besi(II) klorida anhidrat maupun terhidrat,
keduanya adalh ionik. Hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya densitas muatan
besi(II) (~ 98 C mm-3) yang jauh berbeda dengan rendahnya densitas
muatan besi(III) (~ 232 C mm-3). Semua garam besi(II) terhidrat
mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna
pucat kehijauan, jika sebagian teroksidasi menjnadi besi(III) warna menjadi
kuning kecokalatan. Kristal garam besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O,
cenderung kehilangan beberapa molekul air (efleresense).
Dalam fase padat, garam rangkap amonium besi(II) sulfat heksahidrat, (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O,
atau lebih tepatnya amonium heksaakuobesi(II) sulfat, [(NH4)2Fe(H2O)6][SO4]2,
atau disebut juga garam Mohr, menunjukka stabilitas kisi yang paling tinggi.
Garam ini di udara terbuka tidak mengalami efluoresense dan juga tidak
teroksidasi, sehingga sering dipakai sebagai larutan standarkhususnya pada
titrasi redoks.
Penambahan
ion hiroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya menghasilkan endapan
gelatin hijau besi(II) hidroksida. Tetapi, hadirnya oksidator misalnya dari
udara, mengakibatkan terjadi perubahan warna menjadi kuning-coklat dari
besi(III) oksida terhidrat menurut persamaan reaksi:
Fe2+ (aq) + 2OH- (aq)
®
Fe(OH)2 (s)
Sama
seperti ion besi(III) yang dapat diidentifikasi dengan ion heksasianoferat(II),
[Fe(CN)6]4-, ion besi(II) juga dapat dideteksi dengan ion
heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-, dengan menghasilkan
produk yang sama dengan biru Prusian
(yang pada mulanya disebut biru Turnbull ketika diduga merupakan produk
berbeda):
3Fe2+ (aq) + 2[Fe(CN)6]3-
(aq) ® Fe4[Fe(CN)6]3
(s) + 6CN- (aq)
3. Oksida
Besi
Ada
tiga macam oksida besi yang umum dikenal yaitu besi(II) oksida, FeO, besi(III)
oksida, Fe2O3, dan besi(II) besi(III) oksida, Fe3O4.
Besi(II) oksida yang berwarna hitam sesungguhnya merupakan senyawa
nonstoikiometrik, selalu sedikit kekurangan ion besi(II). Besi(II) oksida
bersifat basa, larut dalam air menghasilkan ion Fe2+.
Besi(III)
oksida hanya dapat terbentuk dalam oksigen atmosfer, maka atmosfer planet bumi
tentuylah sangat kaya akan oksigen oada waktu itu. Besi(III) oksida dapat
dibuat di laboratorium yaitu dengan memanaskan (~ 200oC) besi(III)
oksida hidroksida, yang diperoleh dari penambahan ion hidroksida pada ion Fe3+.
Proses
pengaratan besi
Oksidasi
logam besi secara perlahan oleh dioksigen udara dikenal sebagai proses
pengaratan. Dengan menggunakan indikator dapat ditunjukkan adanya kenaikan pH
di sekitar permukaan besi yang berkarat. Proses pengaratan besi merupakan
pembentukan oksida terhidrat, Fe(OH)3 atau FeO(OH), secara
elektrokimia dan ini hanya terjadi oleh karena hadirnya dioksigen, air dan
suatu elektrolit. Jika salah satu dari ketiga zat tersebut absen, proses
pengaratan akan terhambat. Di suatu titik permukaan besi yang mengandung
konsentrasi dioksigen lebih besar terjadilah proses reduksi menjadi ion
hidroksida:
O2 (g) + 2H2O (l)
+ 4 e ® 4OH- (aq)
Batang besi
bertindak seperti kawat (kabel) penghubung baterai yang mengangkut elektron
dari titik permukaan besi yang lain yang mempunyai konsentrasi dioksigen lebih
rendah tempat terjadinya proses oksidasi:
Fe (s) ®
Fe2+ (aq) + 2 e
Kedua ion tersebut
terdifusi dan bertemu menghasilkan endapan besi(II) hidroksida, Fe(OH)2,
yang teroksidasi lebih lanjut dalam suasana basa menjadi besi(III) oksida
hidroksida. Jadi, secara ringkas persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai
berikut:
Katode : O2 (g) + 2H2O (l)
+ 4e 4OH- (aq)
Redoks : Fe (s) + O2 (g)
+ H2O (l) FeO(OH)
(s) + OH-(aq)
B. Kobalt
(Co)
1. Senyawa
Oksida
Beberapa
oksida logam kobalt adalh kobalt(II), CoO, campuran Co(II) dan Co(III) – Co3O4.
Satu-satunya oksida logam divalen, CoO yang berupa serbuk hijau, dapat
diperoleh dari pemanasan logamnya dalam udara atau dengan uap air, atau
pemanasan hidroksida, karbonat atau nitrat dalam kondisi tanpa udara. CoO
mempunyai struktur NaCl alam, dan stabil; pemanasan 600 -700 oC
mengakibatkan terbentuknya Co3O4-hitam. Oksidasi Co(OH)2
atau penambahan larutan alkali ke dalam kompleks kobalt(III) diperoleh
kobalt(III) hidroksida,CoO(OH).
2. Kobalt(III)
Semua
senyawa kompleks kobalt(III) mengadopsi geometri oktahedron, misalnya ion
heksaaminakobalt(III), [Co(NH3)6]3+, dan
heksasianokobaltat(III), Co[CN]6]3-. Ion kompleks
heksanitrokobaltat(III), [Co(NO2)6]3-, yang
berwarna kuning dan biasanya dibuat sebagai garam natriumnya, menunjukkan sifat
yang tak lazim. Seperti lazimnya garam-garam alkali, Na3[Co(NO2)6]
larut dalam air, tetapi garam kaliumnya sangat sukar larut dalam air, demikian
juga garam-garam rubidium maupun sesiumnya. Hal ini dikaitkan dengan ukuran ion
relatif. Ion kalium mempunyai ukuran relatif jauh lebih dekat dengan ukuran
anion kompleksnya, sehingga kristalnya memiliki energi kisi yang lebih tinggi
dan kelarutan lebih rendah. Sifat ini merupakan salah satu reaksi penunjuk
kualitatif adanya ion kalium:
3K+
(aq) + [Co(NO2)6]3- (aq)
®
K3[Co(NO2)6] (s)
Kuning
3. Kobalt(II)
Gaeam
kobalt(II) berwarna pink jika ion logam ini mengadopsi geometri oktahedral,
misalnya sebagai [Co(H2O)6]2+, tetapi berwarna
biru jika mengadopsi geometri tetrahedral, misalnya sebagai [CoCl4]2-.
Kristal CoCl2.6H2O berwarna pink (demikian juga dalam
larutan air), namun pada penambahan HCl pekat akan diperoleh larutan biru
karena terbentuk ion tetrahedral [CoCl4]2- :
[Co(H2O)6]2+
(aq) + 4Cl- (aq)
[CoCl4]2- (aq)
+ 6H2O (l)
Pink biru
Hasil
yang sama juga dapat diperoleh pada proses pelarutan kristal pink CoCl2.6H2O
di daalam etanol absolut atau aseton; dalam hal ini, pelarut etanol/aseton
berfungsi menarik ligan air dari sekeliling ion pusat Co2+, sehingga
posisi ligan digantikan oleh ion Cl- namun membentuk geometri yang
berbeda. Kondid keseimbangan warna antara pink – biru dapat dibuat “tepat”
dengan cara melarutkan kristal pink CoCl2.6H2O di dalam
etanol absolut, kemudian menambahkan air secara tetes demi tetes sehingga
larutan biru hampir tepat berubah menjadi pink. Larutan dalam kondisi
keseimbangan seperti ini sangat sensitif terhadap perubahan temperatur, yaitu
jika larutan dipanaskan maka warna larutan menjadi biru, tetapi jika larutan
didinginkan (dalam air es) warna larutan menjadi pink.
Penambahan
ion hidroksida ke dalam larutan ion kobalt(II) menghasilkan endapan kobalt(II)
hidroksida yang berwarna biru pada awalnya, tetapi menjadi pink setelah
dibiarkan beberapa lama:
[Co(H2O)6]2+
+ 2OH- ® Ca(OH)2 + H2O
Secara perlahan,
kobalt(II) hidroksida teroksidasi oleh oksigen udara menjadi kobalt(III) oksida
hidroksida, CoO(OH).
Kobalt(II)
hidroksida barangkali daapat dianggap sebagai hidroksida amfoterik, sebaba
penambahan ion hidroksida pekat menghasilkan larutan biru ion
tetrahidroksokobaltat(II):
Co(OH)2 + 2OH-
®
[Co(OH)4]2-
C. Nikel
(Ni)
Sebagian
besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri oktahedron, hanya
sedikit mengadopsi geomtrei tetrahedron dan bujursangkar. Ion
heksaakuonikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion biru heksaaminanikel(II):
[Ni(H2O)6]2+
(aq) + 6NH3 (aq) ®
[Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O(l)
hijau biru
Penambahan
larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II) menghasilkan endapan
gelatin hijau nikel(II):
[Ni(H2O)6]2+
(aq) + 2OH- (aq) ®
[Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya
kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tetrahedron adalah halida,
misalnya ion tetrakloronikelat(II) yang berwarna biru. Senyawa kompleks ini
terbentuk dari menambahan HCl pekat ke dalam larutan garam nikel(II) dalam air:
[Ni(H2O)6]2+
(aq) + 4Cl- (aq) ®
[NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
hijau biru
Senyawa kompleks
nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal adalah ion tetrasianonikelat(II),
[Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis
(dimetilglioksimaton) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2]
yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik pada kompleks yang kedua ini
sering digunakan untuk reaksi uji terhadap ion nikel(II). Senyawa kompleks ini
dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglioksim (C2N2O2H8
= DMGH) ke dalam larutan nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan
amonia:
[Ni(H2O)6]2+
(aq) + 2DMHG (aq) + 2 OH- (aq) ®
[Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)
2.5
Kegunaan
A. Besi
(Fe)
1. Digunakan
sebagai campuran untuk membuat paduan logam, misalnya untuk membuat baja, besi
tempa, besi tuang, dan lain-lain yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan,
peralatan-peralatan logam, rangka kendaraan dan lain-lain.
2. Digunakan
untuk membuat lembaran logam seperti lembaran logam berlapis seng.
3. Besi(III)-a
digunakan sebagai polishing and grinding
agent dan pada pembuatan ferrit.
4. Besi
murni digunakan sebagai bahan elektromagnet.
5. Senyawa-senyawa
besi digunakan dalam bidang kedokteran untuk pengobatan anemia.
6. Digunakan
sebagai tonik.
7. Besi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam sistem biologi, misalnya, dalam haemoglobin dan mioglobin
(pembawa O2), ferredoksin dan sitokrom (proses redoks), ferritine (penyimpanan
zat besi), asam fosfatase (hidrolisis fosfat), superoksida dismutase (dismutase
O2), dan nitrogenase (fiksasi nitrogen). Kekurangan besi dalam tubuh
menyebabkan anaemia dan kelebihan besi menyebabkan
haemochromatosis.
B. Kobalt
(Co)
1. Kobalt-60
digunakan dalam industri dan terapi radioisotop.
2. Digunakan
sebagai campuran paduan logam yang banyak dimanfaatkan dalam industri dan
turbin gas pada mesin pesawat terbang.
3. Baja-kobalt
digunakan untuk membuat magnet permanen.
4. Dengan
wolfram (tungsten) karbida digunakan untuk membuat bahan yang sangat keras.
5. Digunakan
sebagai pengering keramik dan cat.
6. Digunakan
sebagai katalis pada beberapa reaksi kimia.
7. Senyawa-senyawa kobalt secara
luas digunakan sebagai pigment,misalnya, earna biru untuk porselen, enamel, dan
kaca, katalis, dan sebagai zat additif pada pakan ternak.
C. Nikel
(Ni)
1. Digunakan
sebagai pelapis logam tahan karat.
2. Digunakan
untuk membuat aliasi logam seperti monel, nikrom, dan alniko.
3. Serbuk
nikel digunakan sebagai katalis pada hidrogenasi lemak dalam pembuatan
margarin.
4. Nikel(III)
oksida digunakan pada sel Edison.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Logam-logam triade besi
terdiri atas besi (Fe), kobalt (Co), dan Nikel (Ni).
2.
Unsur besi sumber utamanya adalah mineral haematite, (α-Fe2O3), magnetite, (Fe3O4), siderite, (FeCO3),
goethite, (α-Fe(O)OH), lepidocrocite, (γ-Fe(O)OH), pyrite, (FeS2), dan chalcopyrite, (CuFeS2),
taconite, mengandung semua mineral-mineral besi lainnya, umumnya berwarna
hijau, dan unsur terbanyak keempat dengan kelimpahan
dalam batuan kerak bumi adalah ~62000 ppm.
3.
Kobalt merupakan logam yang
jarang ditemukan, diperkirakan meliputi 20 ppm dalam kerak bumi. Kobalt
ditemukan dalam cadangan yang mengumpul sehingga produksi tahunannya mencapai
jutaan pon. Di alam, kobalt terdapat pada lapisan-lapisan batuan sebagai smaltit
(CoAs2), kobalt sulfarsenid (CoAsS), kobaltit dan erithrit.
4.
Nikel menduduki urutan ke-24
dalam jumlah kandungannya di kerak bumi. Bijih-bijih nikel yang utama ialah
sulfida, oksida, dan arsenida. Di alam, nikel terdapat dalam bentuk senyawa,
misalnya pentlandite (FeS.NiS), nickeliferous pyrrhotite dan lain-lain.
5.
Besi dapat diekstraksi
menggunakan tanur tiup; kobalt diperoleh melalui reduksi Co3O4
dengan Al atau C yang diikuti oleh electrolytic refining; dan
nikel diperoleh dengan ekstraksi melalui proses Mond.
DAFTAR PUSTAKA
King, J. Brooks dan Caldwell,
William E. 1962. College Chemistry Fourth
Edition. New
York:
American Book Company.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prisip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 3.
Jakarta:
Erlangga.
Sugiyarto, Kristian H. dan
Suyanti Retno D. 2010. Kimia Anorganik
Logam. Yogyakarta:
Graha
Ilmu.
Suminar. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sunardi. 2006. 116 Unsur Kimia, Deskripsi dan
Pemanfaatannya. Bandung: Penerbit Yrama
Widya.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman
Media Pusaka.
Wynn Las Vegas - Hendon Mob | JeW Marriott International
BalasHapusWynn Las Vegas is located in the heart of Las Vegas Strip, a short walk from Wynn 광주광역 출장샵 Las Vegas. 부산광역 출장마사지 Located 부산광역 출장마사지 right 대구광역 출장안마 on the 포천 출장안마 Las Vegas Strip, it's a short walk